Gempa Dahsyat Guncang Myanmar: Ribuan Korban Jiwa, Upaya Penyelamatan Terhambat

Duniamiliter.co.id - Jumlah korban jiwa akibat gempa dahsyat yang mengguncang Myanmar terus bertambah. Hingga Senin (31/3), pihak militer yang saat ini berkuasa di negara tersebut melaporkan bahwa lebih dari 1.700 orang tewas akibat bencana ini. Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang terjadi pada Jumat (28/3) menyebabkan banyak bangunan runtuh, menimbulkan korban jiwa yang sebagian besar ditemukan tertimbun reruntuhan.
Juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Min Tu, menyampaikan bahwa selain korban meninggal, tercatat sekitar 3.400 orang mengalami luka-luka dengan berbagai tingkat keparahan. Banyak dari mereka membutuhkan perawatan medis segera, tetapi keterbatasan fasilitas kesehatan dan tenaga medis menghambat penanganan yang optimal. Selain itu, lebih dari 300 orang masih dinyatakan hilang, dan pencarian terhadap mereka terus dilakukan di berbagai lokasi terdampak.
Sebelumnya, pihak militer Myanmar sempat mengumumkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 1.644 orang. Namun, dalam pembaruan terbaru, mereka tidak memberikan angka pasti, hanya menyebutkan bahwa jumlahnya telah meningkat. Para tim penyelamat, yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran, relawan, serta personel militer, terus berusaha mencari korban yang mungkin masih tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang roboh.
Sayangnya, proses evakuasi dan penyelamatan ini mengalami berbagai kendala. Minimnya alat berat dan perlengkapan yang memadai membuat upaya penyelamatan berlangsung lebih lambat dari yang diharapkan. Selain itu, akses menuju wilayah terdampak parah juga terganggu akibat rusaknya infrastruktur, termasuk jalan raya dan jembatan yang hancur akibat gempa.
Kota Mandalay, yang merupakan salah satu kota terbesar di Myanmar, menjadi daerah yang mengalami dampak paling besar karena lokasinya yang berdekatan dengan episentrum gempa. Banyak bangunan runtuh, termasuk rumah-rumah warga, sekolah, tempat ibadah, hingga fasilitas umum lainnya. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, meskipun kondisi tempat pengungsian juga masih sangat terbatas.
Dalam upaya mempercepat distribusi bantuan kemanusiaan dan proses penyelamatan, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), kelompok oposisi yang menentang junta militer, mengumumkan gencatan senjata sepihak selama dua minggu di wilayah-wilayah yang terdampak gempa. Langkah ini diharapkan dapat memungkinkan organisasi kemanusiaan masuk dan memberikan bantuan kepada korban tanpa adanya hambatan dari konflik yang selama ini terjadi di negara tersebut.
Meskipun demikian, jumlah korban tewas maupun yang terluka diperkirakan masih akan terus bertambah seiring dengan berlanjutnya operasi pencarian dan evakuasi. Banyak ahli memperkirakan bahwa skala bencana ini lebih besar dari yang dilaporkan saat ini, mengingat masih banyak daerah terpencil yang belum dapat dijangkau oleh tim penyelamat. Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, bantuan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meringankan penderitaan para korban gempa ini.
Posting Komentar