Cina Perkenalkan Kapal Pelacak Satelit dan Rudal Terbaru, Liaowang 1, dengan Tonase di Atas 30.000 Ton

Daftar Isi

 


Duniamiliter.co.id -- Cina kembali menunjukkan ambisinya dalam bidang teknologi luar angkasa dan pertahanan dengan mengoperasikan Liaowang 1, kapal pelacak satelit dan rudal balistik terbaru yang berbobot lebih dari 30.000 ton. Kapal ini digolongkan sebagai kapal riset, melanjutkan tradisi penggunaan kapal raksasa seperti seri Yuan Wang, yang telah lama digunakan untuk memantau aktivitas luar angkasa.

Salah satu contoh kapal sebelumnya, Yuan Wang 6, memiliki panjang 222 meter dan lebar 25,2 meter, dengan bobot mati 22.686 ton. Kapal tersebut sempat melintasi Selat Sunda, bagian dari ALKI I, pada April 2021. Kini, Liaowang 1 hadir dengan dimensi dan kemampuan yang lebih besar, menandai tonggak baru dalam upaya Cina memperluas kapabilitas pelacakan luar angkasa dari lautan.

Foto-foto kapal ini sempat beredar di media sosial Tiongkok, memperlihatkan struktur yang mencolok—dengan kubah radar berukuran besar serta antena penguat sinyal berkapasitas tinggi, mempertegas fokusnya pada fungsionalitas dan efisiensi operasional, bukan estetika desain.

Sebagai suksesor kapal Yuan Wang yang telah aktif sejak 1977, Liaowang 1 menjadi simbol integrasi yang lebih dalam antara operasi angkatan laut dan sistem pendukung militer berbasis luar angkasa. Kapal ini dirancang untuk menjangkau wilayah perairan internasional dan mampu memantau peluncuran satelit, roket, hingga rudal dengan jangkauan global.

Tidak seperti stasiun pelacak yang berbasis di darat dan dibatasi oleh lokasi geografis maupun kelengkungan bumi, Liaowang 1 menawarkan mobilitas tinggi, memungkinkan pelacakan waktu nyata terhadap lintasan orbit, jalur peluncuran, dan uji coba rudal di berbagai belahan dunia. Kapal ini juga berperan sebagai pusat komando bergerak yang mengumpulkan data telemetri dari misi ruang angkasa.

Dari sudut pandang militer dan geopolitik, kapal semacam ini sangat penting dalam konteks pertahanan modern. Jalur peluncuran satelit seringkali melintasi area laut yang tidak tercakup oleh radar berbasis darat, dan Liaowang 1 hadir untuk menutupi kekosongan itu—menyediakan koneksi kontinu dengan wahana antariksa dari peluncuran hingga stabil di orbit.

Dengan meningkatnya jumlah satelit militer Cina—termasuk untuk sistem navigasi Beidou, komunikasi aman, dan pengawasan berbasis luar angkasa—Liaowang 1 memperkuat jaringan pendukung untuk misi-misi strategis tersebut.

Kapal ini juga diyakini mampu melacak uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) dan mungkin berperan dalam pengembangan sistem anti-satelit (ASAT) di masa mendatang, berkat teknologi sensor dan sistem pemrosesan data yang canggih.

Media internasional memperkirakan kapal ini memiliki panjang 224 meter dan lebar 32 meter, dengan bobot yang hampir 50% lebih berat dibandingkan kapal Yuan Wang 6 dan 7. Dimensinya yang besar memungkinkan daya tahan operasional lebih lama dan jangkauan yang lebih luas di tengah laut.

Keberadaan antena parabola berukuran besar juga mengindikasikan kesiapan kapal ini untuk mendukung misi kompleks dan jangka panjang—seperti yang pernah dilakukan dalam misi Shenzhou 11. Secara keseluruhan, desain Liaowang 1 mengedepankan efisiensi dan kemampuan teknis dibandingkan dengan tampilan luar, mencerminkan pendekatan pragmatis dalam pengembangan kapal militer strategis.

Dengan armada seperti ini, Cina kini memiliki kemampuan lebih untuk memantau aktivitas militer asing, peluncuran luar angkasa, hingga pergerakan satelit secara hampir menyeluruh di seluruh dunia—sekaligus memperkecil ketertinggalan teknologi dan intelijen dari negara-negara maju lainnya.

(Pimp Redaksi)

Posting Komentar